Bahaya Tokoh Sentral dalam sebuah organisasi



Beberapa bulan berikut ini, wajah pertelevisian kita mulai diisi oleh iklan-ilan politik, baik secara terang terangan memperkenalkan dirinya dan partai pengusungnya, maupun yang sedikit “malu-malu” memperkenalkan dirinya atas nama suatu organisasi yang memperjuangkan rakyat kecil, salah satunya adalah Prabowo dengan HKTInya. HKTI atau akronim dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, beberapa bulan lalu mungkin hanya dikenal oleh segerintir orang saja, namun tengoklah sekarang, hampir seluruh masyarakat tahu dikarenakan iklan yang gencar akhir-akhir ini . Pamor HKTI tidak dapat dipisahkan dari sang ketua umum prabowo, mantan panglima kopassus yang sekarang menjelma menjadi pengusaha yang sukses.
Paragraf diatas adalah pembuka dari tulisan yang akan membahas artikel berjudul “Berjuang untuk kepentingan petani” yang ditulis oleh Ardi Winangur di majalah tani merdeka edisi maret 2008, sekedar informasi,tani merdeka merupakan..... majalah yang diterbitkan HKTI sebagai media komunikasi antara petani seluruh Indonesia. Paragraf demi paragraph dari artikel tersebut, secara garis besar menceritakan tentang peran HKTI dibawah kepemimpinan prabowo dalam membuat kebijakan yang pro terhadap petani, seperti subsidi pupuk, harga pembelianm pemrintah, atau pemodalan petani.
Tidak dapat dipungkiri memang kepemimpinan seorang prabowolah yang menjadikan HKTI menjadid organisasi petani terbesar di Indonesia setelah 35 tahun berkiprah. Didukung dengan pengalaman prabowo yang sejak muda telah di didik menjadi calon pemimpin di organisasi terdahulunya TNI, serta sokongan dana yang melimpah dari kantongnya, tak pelak menjadikan parabowo menjadi tokoh sentral yang sangat dielu-elukan oleh HKTI mulai dari tingkat dewan pimpin nasional sampai ke dewan pimpinan kabupaten sekalipun.
Dengan kemampuan leadership yang dimilikinya, Prabowo dapat mengubah HKTI menjadi organisasi yang diperhitungkan di kancah nasional. Namun pencalonan Prabowo sebagai salah satu calon yang hendak maju ke pemilu 2009 menimbulkan pertanyaan besar, apakah Prabowo hanya menjadikan HKTI sebagai salah satu kendaraan politik menuju kursi politik negeri ini, sinyalemen ini muncul ketika selama 35 tahun berdiri, hanya di era prabowo sajalah HKTI dapat begitu loyal beriklan dari station tv satu ke station tv lainnya. Namun apapun niat sebenarnya, terlihat HKTI seakan sangat tergantung kepada sosok Prabowo.
Ketergantungan HKTI pada sosok prabowo menimbulkan pertanyaan kembali, apakah setelah Prabowo tidak menjadi ketua umum, organisasi ini akan tetap sebesar sekarang ini?, apakah bila prabowo kalah pada pemilu, iklan HKTI akan tetap seagresif sekarang? atau apakah setelah Prabowo wafat HKTI akan selalu membela kepentingan rakyat dengan kebijakan kebijakan pro terhadap petani kecil?. Jawabannya dapat terlihat dari pbesar HKTI bergantung kepada Prabowo sekarang ini.
Masalah ketergantungan HKTI kepada Prabowo apabila kita coba hubungkan dengan teori dari Douglas Mc gregor mungkin disebabakan gaya kepemimpinan Prabowo yang cenderung bertipe x, artinya prabowo Sangat ketat dan berorientasi control, yang membuat bawahan menjadi pasif, malas dan tidak kreatif.
Lalu bagaimana HKTI dapat terbebas dari ketergantungan tokoh sentral Prabowo? Tentunya harus ada perubahan dari diri anggota itu sendiri dan organisasinya, salah satu yang dapat dilakukan untuk merubah pandangan yang salah tersebut menurut Chrish Argyris adalah memberikan tanggung jawab anggota yang lebih luas, keragaman tugas diperbesar dan mengembangkan gaya pengawasan yang partisipatif. Langkah-langkah tersebut diharapkan bisa merubabah HKTI menjadi organisasi yang solid bukan hanya karena nama besa ketuanya tapi juga karena memang kekuatan seluruh elemen dari organisasi tersebut.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa, tokoh sentral dalam senuah organisasi dapat berperan positif maupun negative terhadap organisasi tersebut. Sisi positif yang didapat dari tokoh sentral dalam organisasi , memungkinkan organisasi tersebut terangkat berkat nama besar tokoh sentral tersebut, Sedangkan sisi negatif yang mungkin muncul adalah kemunduran dari organisasi tersebut ketika ditinggalkan oleh tokoh sentralnya, hal ini diakibatkan pondasi-pondasi dalam organisasi yang mengandalkan tokoh sentral sangat rapuh sehingga mudah untuk digoyahkan.

0 komentar:

Posting Komentar