Saran Untuk Ginandjar Daradjat Calon DPR RI

Pemilu 2009 sudah semakin dekat, para caleg dari berbagai partai berlomba-lomba untuk memperkenalkan dirinya dengan bermacam-macam cara, ada yang beriklan di televisi, radio, media cetak, membuat spanduk di jalan-jalan, menempelkan selebaran-selebaran, bakti sosial, talk show dan lainnya, yang jelas semuanya berlomba mencuri hati rakyat yang terlihat masih bimbang untuk menentukan pilihannya pada Pemilu nanti. Sah-sah saja memang ,para caleg memperkenalkan dirinya kepada masyarakat, namun...., apakah cara mereka memperkenalkan dirinya masih berada dalam koridor norma kesopanan? dan melindungi hak-hak masyarakat itu sendiri?.

Berawal ketika pulang kampung untuk liburan akhir tahun, mata ini bukannya disuguhkan suasana kota yang asri, malah disuguhkan pemandangan yang kurang menyedapkan oleh banner-banner para caleg yang terpampang ramai di setiap sudut kota Sukabumi. Namun yang sangat menyita perhatian adalah selebaran caleg DPR RI dari partai amanat nasional, Ginandjar Daradjat. Selebaran beliau terpampang sangat liar di setiap sudut kota, sebagian ditempeli di pinggir jalan, kotak pos,tempat sampah, rumah warga, tiang listrik dan tempat-tempat strategis lainnya. Sekeliling pusat kota hampir telah ditempeli selebaran-selebaran beliau. Masih dapat sedikit ditoleransi apabila bentuknya berupa spanduk kain, yang apabila telah selesai masa kampanye, bisa diturunkan sengan mudah, tapi media selebaran kertas yang ditempeli di dinding-dinding kota sangat sulit untuk dihilangkan, dan akan membawa kesan kumuh.

Sayamurni bukan dari kalangan partai, apalagi partai pesaing, bukan dari LSM, lembaga pemerintah atau apapun, saya hanyalah warga Sukabumi yang prihatin dengan kondisi lingkungan kota kelahiran saya yang terlihat kumuh dengan selebaran yang ditempelkan oleh tim sukses bapak Ginandjar Daradjat. Memang bukan dari pihak beliau saja yang menempelkan dan memasang spanduk-spanduk kampanye tersebut, namun dengan mata telanjang, selebaran Ginandjar Daradjatlah yang terlihat sangat mendominasi. Coba bayangkan apabila, tempat tinggal kita yang baru saja dibangun, dicat sangat indah tiba-tiba ada orang dari luar yang menempel spanduk didepan rumah kita tanpa meminta ijin atau memberikan konpensasi apapun, Apa perasaan kita? Kesal dan marah tentunya. Itulah yang mungkin dirasakan oleh sebagian warga sukabumi yang sedikit terusik oleh kampanye negative seperti ini. Masih banyak rasanya media-media lain yang lebih elegan sebagai sarana untuk berkampanye, sehingga rakyat nantinya akan bersimpati bukan malah anti pati.

yakin, pihak pemerintah kota Sukabumi tak mungkin buta melihat kotanya gencar dijadikan media yang sangat murah bagi bapak ibu calon wakil rakyat, pasti ada semacan kesepakatan yang terjalin sehingga caleg seakan lancar menjalankan aksinya. Namun saya sangat yakin, bapak Ginandjar Daradjat adalah calon legislatif yang berpendidikan dan bijaksana, begitupun dengan tim sukses dari bapak Ginandjar Daradjat yang masih memiliki norma-norma kesopanan sehingga bertindak lebih tepat untuk waktu yang akan datang. Sekali lagi tulisan ini tidak bermaksud untuk menjatuhkan dan mendeskriditkan pihak manapun, tulisan ini murni jeritan hati salah satu warga Sukabumi atas apa yang terjadi di kota tercintanya. Semoga lewat tulisan ini, semua pihak dapat berintropeksi agar pemilu 2009 nanti dapat berjalan aman,lancar dan tidak ada satupun pihak yang dirugikan, amin.

0 komentar:

Posting Komentar