Siapa jadi Korban,Siapa jadi Pemenang

Jika Anda pernah menumpang bus ekonomi Bandung-Sukabumi, keberadaan pedagang asongan mungkin sudah biasa anda jumpai, jangankan di bus ekonomi, bus sekelas PATAS pun penjual asongan hilir mudik dengan leluasanya. Satu diantara pedagang asongan yang mengadu peruntungannya di dalam bus adalah si penjual jeruk. Jika Anda terbiasa menumpang bus ekonomi khususnya jurusan Bandung-Sukabumi, Anda mungkin sudah tak asing dengan pedagang yang satu ini, juga taka sing dengan strategi penjualannya yang terbilang cerdik.Tapi sebaliknya jika Anda pertama kali menemukan penjual jeruk ini, bersiaplah untuk menahan diri Anda karena,strategi si penjual jeruk ini terbilang licin dan cerdik, bukan tidak mungkin Anda menjadi “korban” selanjutnya.


Sekarung jeruk jenis Berastagi ”dia” bawa ke dalam bus yang kala itu penuh sesak dijejali penumpang dan beberapa pedagang asongan, berbeda dengan pedagang lain yang begitu agresif menawarkan barangnya, si penjual jeruk duduk-duduk santai di bangku yang kosong sambil memilih jeruk yang mulus sebagai “display”. Tak lama setelah seluruh teman-teman pedagangnya turun, barulah beliau melancarkan aksiinya..”sapuluh rebu 20 siki, simanis, si giung brastagi tea... ubar riet ubar seeul” ujar si pedagang melafalkannya dalam bahasa sunda. Sontak kata-kata sakti yang si penjual jeruk ucapkan mengganggu pikiran sebagian penumpang (termasuk saya) :) yang mau tidak mau mengalihkan pikirannya untuk mulai berhitung untung rugi uang sepuluh ribu ditukar dengan 20 puluh biji jeruk. Karena si penjual tak mengukur jeruk dengan skala kilogram tapi bijian, pikiran kita jadi tergiring dengan anggapan 20 buah jeruk itu banyaaaaak sekali, karena dalam pikiran kita jeruk biasanya berukuran sebesar bola tenis, tapi percayalah yang dia tawarkan adalah jeruk brastagi seukuran tak lebih dari ukuran sawo, yang pasti jika dikategorikan akan masuk buah kualitas grade c. Tapi tak lama setelah si pedagang cuap-cuap, seorang ibu dibangku belakang yang dipastikan baru pertama kali bertemu dengan penjual ini tak sabar untuk membeli, si ibu menawar sepuluh ribu rupiah untuk 25 biji biji jeruk, tanpa berfikir panjang si pernjual mengiyakan dan kesepakatan terjadi, hahaha “korban” pertama telahjatuh dalam hati saya.
Karena si ibu telah membeli dengan 25 biji,tawaranpun secara resmi dinaikan menjadi 25 biji persepuluh ribu, mantra andalan kembali dikeluarkan ..”hayoh pa haji, buhaji sapuluh rebu 25 siki, simanis, si giung brastagi tea...nyeepkeun yeuh ubar riet ubar seeul..moal ditahan tahan da sanes asahan.ieumah ngical duduluran we...sok 10 rebu 25 siki...bade diketeng mangga lima ratusan,,,sok bu, muin diwarung mah 500an hiji ku abdimah dibonusan 5 siki sok saha deui..diical murah” korban-”korban” kembali berjatuhan, beberapa orang terbuai dengan mantra sang penjual, air muka kebahagian terpancar jelas keluar dari si penjual tadi karena melihat dagangannya laku. Buspun terus melaju diatas jalan berkelok di kawasan industri padalarang si penjualpun rehat sejenak, mendinginkan suasana arena, bersiap untuk penawaran yang lebih mengguncang adrenalin pastinya. Entah sudah ada “deal” dengan si empunya bis, si penjual santai-santai saja tuh menumpang malah sempat ngorok di bangku penumpang yang kosong.


Jalan berkelok yang bikin perut serasa dikocokpun akhirnya terlewati, tepat di cipatat si penjual kembali melancarkan aksinya, kali ini dengan penawaran 30 biji untuk sepuluh ribu “nyeepkeun bu haji,pahaji sok lah diical duduluran we sapuluh rebu 30, nu meser 25 tong ngambek pamali, sanes milik…sok diical mirah sapuluh rebu 30 puluh” kontan penjual yang membeli untuk 25 ribu akan merasa gondok dan tertipu kan, itulah alasan mengapa saya sebut mereka “korban”. Pembelipun bermunculan, banyak yang akhirnya berubah pikiran dan akhirnya memutuskan membeli tapi saya masih anggap mereka “korban” sampai akhirnya pembeli sebenarnya adalah pembeli yang mendapat tawaran terakhir sebanyak 50 buah per sepuluh ribu. Bayangkan saja betapa gondok dan merasa tertipunya pembeli yang membeli pertama kali hanya dengan 25 buah, bandungkan dengan pembeli sesungguhnya yang mendapatkan 50 buah jeruk,dia adalah pembeli sesungguhnya tak berlebih kalau akhirnya kita juluki dia “pemenang”.


Cerita nyata tadi sebenarnya bisa memberi pelajaran bagi kita untuk selalu sabar, tidak mudah tergiur tanpa mempertimbangkan segala sesuatu dulu sebelumnya, konsep keinginan dan kebutuhan agaknya dipahami terlebih dahulu. Sekarang Anda tinggal pilih membeli dengan mengikuti hawa nafsu untuk menjadi “korban” atau membeli dengan pertimbangan matang dan hati-hati untuk menjadi ”pemenang”? semuanya terserah anda.

4 komentar:

beny m mengatakan...

hahaha...bilal tertipu gak ama sipenjual jeruk itu.....maka'y kudu hati2 yaa..jangan sampai tertipu dengan akal bulus'y....

bil mengatakan...

tidak dong ben..sayamah tidak mudah ditipu ahahahahaha...

Indoproperty Bsd mengatakan...

Ijin baca...
thnx udah sharing pengalamannya

ardi mengatakan...

posting lama, :)... sukabumi - jakarta ge kitu bil... hehehe tos lami teu tepang...

Posting Komentar